Cerpen Laskar Pemikat

Cerpen berdasarkan kisah nyata dengan sentuhan kegaringan

Friendsterku

Minggu, 12 April 2009

Laskar Pemikat edisi ke-2

LASKAR PEMIKAT IKUT PERANG KEMERDEKAAN

(Wildan Duasisi)

edisi ke-2

“Mana barangnya?” lirih Wildan.

Rohmat dengan sembunyi-sembunyi mengeluarkan semacam tablet berwarna putih dari dalam celananya.

Ya ampun Rohmat, lo taro di dalam sempak?” Agil mengomel.

Udah lah, yang penting kan manjur,” Rohmat membela diri.

”Air... air...!” seru Tomo.

”Ayo semua minum tabletnya!” Wildan mulai memberi lampu hijau.

Hari ini adalah kunjungan seminar mengenai kemerdekaan dan kepahlawanan di gedung sejarah. Mereka sudah memprediksi akan merasa jenuh di dalam nanti, maka dari itu mereka kompak meminum obat tidur. Kejadian itu hanya diketahui oleh garda inti laskar pemikat.

Tuh kan seminarnya bikin bete. Yuk ah, Yu, kita tidur!” ucap tomo bisik-bisik kepada Wahyu..

Wahyu, woy!” ulang Tomo.

”Yaelah, udah tidur dari tadi,” gumam Tomo.

Beberapa menit kemudian, mereka semua sudah terbuai dalam alunan mimpi. Kelimanya bertemu di dalam mimpi. Tidak hanya di alam nyata, kekompakan mereka terbukti di dalam mimpi. Mereka semua bermimpi menjadi pahlawan kemerdekaan di jaman penjajahan jepang.

”Jendral Wildan, saya mau lapor!” ucap Tomo.

Ada ranjau di arah jam 9, tapi gak sengaja keinjek oleh saya, eh meledak deh.” lanjut Tomo.

Lha, kamu itu gimana sih, itu kan ranjau kita. Harusnya kamu itu nginjek ranjau musuh!” tukas Wildan.

”Wahyu!” seru Jendral Wildan.

Wahyu pun segera menghampiri Jendral.

”Granat!” pinta Jendral Wildan tanpa menoleh ke arah Wahyu.

Setelah diberikan, granat-granat yang diberikan Wahyu langsung dilemparkan dengan tepat ke arah tentara Jepang.

”Granat!” pinta Jendral Wildan lagi.

Tiung... granat pun dilemparkan lagi.

”Lha, kok granatnya mirip jagung bakar?” tanya Jendral Wildan.

Iya Jendral. Jagung bakar yang saya pegang ini juga mirip granat,” jawab Wahyu.

Ya ampun...! Itu granatnya. Cepet lempar sebelum meledak!” ucap Jendral Wildan panik.

Wahyu yang kebingungan spontan berlari mondar-mandir sambil terus memegang granatnya.

”Granat... granat... granat... subhanallah... ada granat... masya Allah...,” Wahyu komat-kamit.

Woy, dilempar!” seru Jendral Wildan.

Tiung... granatnya dilempar kesembarang arah.

Blegur...

”Jendral kenapa jadi gosong?” tanya Wahyu sok polos.

***

Agil, kamu maju ke shap depan!” ucap Sang Jendral.

”Baik Jendral.”

Segera agil mengambil posisi terdepan. Namun Agil lantas kembali lagi ke belakang.

Ayo serang, Gil!” perintah Jendral sekali lagi sambil menujuk ke arah tentara jepang.

Tomo temenin dong! Gua malu nyerang sendirian,” ucap Agil sambil melirik ke arah Tomo.

Ayo, tapi jangan lama-lama ya! Gua mau potong kuku.”

Tiba-tiba tembakan beruntun menghujani para tentara laskar pemikat.

”Sembunyi...!” seru sang Jendral.

Semua tentara bersembunyi di belakang pepohonan.

”Agil, Rohmat, Tomo, Wahyu, kenapa kalian sembunyi sepohon sama saya? Gak cukup ini, masa sepohon rame-rame. Stres dah gua,” ucap Jendral Wildan meringis.

”Berpencar!” lanjut Jendral.

”Kamu siapa?” tanya Jendral Wildan pada seorang Wanita yang sedang bersembunyi disebelahnya.

Saya Raden Ajeng Kartini, Jendral.”

R. A. Karini itu harusnya gak ikut perang. Kamu itu pejuang emansipasi wanita,” ucap Jendral sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Ya udah, ayo Fatmawati, Cut nyak dien, kita pulang aja! Mending kita ngerujak lagi” gumam wanita itu lantas menarik tangan teman-teman wanita disampingnya.

Lama sekali tembakan beruntun itu dihujankan kepada para pejuang laskar pemikat. Sudah lebih dari setengah jam mereka bersembunyi.

”Lho, kok kamu balik lagi kesini, Gil?” tanya Jendral heran.

Anu Jendral, tadi saya sembunyi di belakang karung semen, eh karungnya diambil sama yang punya, buat ngebangun rumah. Trus saya sembunyi di tempat lain, ternyata eh ternyata itu tempat persembunyian musuh kita. Terus, saya di usir.”

”Gil, kamu alihkan perhatian tentara jepang!”

”Baik.”

Sejurus kemudian Agil mulai berlari cepat ke tengah-tengah medan pertempuran,

”Perhatian... perhatian...,” ucap Agil kepada tentara Jepang.

Tolong dong perhatiannya dialihkan ke gua semua. Gua disuruh mengalihkan perhatian lo semua,” lanjut Agil.

Dor... Agil pun tewas tertembak.

“Tidak!!!!” teriak seluruh tentara laskar pemikat.

”Iya!!!” timpal tentara jepang.

Agil!!!” Rohmat berlari menghampiri mayat Agil.

“Kenapa kamu mati, Gil?”

Rohmat lantas menggeledah seragam prajurit Agil.

Nah ini dia. Untung ketemu kunci motor gua. Laen kali kalau mau mati, pulangin dulu kunci motor gua!” Rohmat menyumpah.

Dor... Rohmat pun tertembak.

Kini, tersisa 3 tentara laskar pemikat dan beberapa tentara wanita nasional. Mereka tetap yakin bisa mengalahkan tentara Jepang. Maka dari itu, Jendral Wildan membuat strategi penyerangan.

Para tentara wanita posisikan ke arah tenggara. Sebagian lakukan penyerangan di arah timur laut untuk memecah perhatian. Tomo dan Wahyu tetap pada posisi semula,” Jendral Wildan memberikan intruksi.

Ria, Indi, Anis, kalian lakukan penyerangan beruntun dari timur laut. Widia, Ida, dan Atik, lakukan penyerangan setelah pasukan timur laut menyerang.”

”Siap, Jendral!” ucap mereka serentak.

Tak lama kemudian, para pasukan telah menempati parit masing-masing.

”Serang...!!!” teriak sang Jendral.

Tak ada respon.

Serang...!!!” teriak Jendral sekali lagi.

Tetap tak ada respon.

Jendral pun menghampiri tentara-tentara wanita itu. Ternyata Jendral mendapati mereka sedang ngegosip.

”Iya tuh beneran. Bunga Citra Sentosa itu punya tompel gede banget segede alaihum gambreng di punggungnya,” Ria berkomentar.

”Iya bener. Eh tau ga, kan Agnes Harmonika itu kan suka sama Budi Anduk. Heeh bener,” disahuti oleh Indi.

Masa sih. Duh kok gitu ya?” ucap Anis menanggapi.

Heeh. Beneran, Jeng.” Ria menimpali.

“Ya ampun, malah ngegosip!” Jendral nampak putus asa.

Tiba-tiba,

Jegur..., sebuah ledakan terjadi di dekat mereka.

***

Seseorang telah membanting daun pintu ruang seminar dan menguncinya hingga terdengar seperti bunyi ledakan dalam mimpi. Akhirnya, mereka pun bangun setelah mendengar bunyi itu.

Wah,seminar harusnya udahan dari tadi sore. Sekarang udah malem. Wah, kita tidurnya kebablasan. Mana kita kekunci,” Agil menyumpah.

NANTIKAN KEGARINGAN LAINNYA DI EPISODE SELANJUTNYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar