Cerpen Laskar Pemikat

Cerpen berdasarkan kisah nyata dengan sentuhan kegaringan

Friendsterku

Jumat, 10 April 2009

Laskar Pemikat edisi ke-4

Edisi ke-4

LASKAR PEMIKAT NYARIIN JODOH

(Wildan Duasisi)

Hari yang secerah wajah Rohmat. Nampaknya akan hujan. Langit memberikan pertanda lewat semapur awan mendung dan itu artinya anggota laskar pemikat harus berteduh di basecamp. Akhir-akhir ini sudah jarang banget yang namanya seminar atau work shop. Mereka mulai vakum, padahal biasanya mereka bisa dengan mudah mendapat informasi tentang sumber sertifikat walaupun letaknya di luar kota.

“Gil, puterin dong nih kaset!” Tomo memberikan sebuah kepingan CD yang nampaknya bajakan, terus dikopi. Nah, kopiannya itu dikopi lagi. Si Tomo dapetnya dari kopiannya kopian kopiannya lagi kopian kaset bajakan (ngerti gak sih loh?)

Agil mulai membuka CD Room-nya Komputer Wildan yang terkenal paling canggih, peralatannya lengkap. Bahkan, ada palu untuk membuka paksa CD yang macet.

“Dan, kok macet CD-nya?”

TROK.......

Wildan mencoba membuka CD dengan palu. Belum terbuka rupanya.

TROOOOK…trok tok tok tok…

Kali ini dipukul lebih banyak. Masih belum terbuka juga.

“Nyari mati kali nih CPU!”

Trok… jabrud… blentrang… drong… bruk… crot… ah… ah… gabred…Trak… (suara apakah itu?)

“Nah, sekarang bisa kan? Masukin dah tuh CD!”

“Oke,” jawab Agil ringan sambil memasukan… ehm….(tenggorokan gua sakit)…. Sambil memasukan barang ehmmm… (bentar dulu tenggorokan gua sakit)… sambil memasukan barang… (bentar ya! Gua tinggal kencing dulu…)

10 menit kemudian…

(Sampe mana tadi?) iya, agil memasukan barang yang kita kenal dengan nama CD.

Play…

Gambar film diawali dengan pemandang sebuah tempat tidur dengan sprei berwarna merah muda. Perlahan kamera diarahkan kepada seorang lelaki hitam berambut seadanya.

“Astagfirullah bokep ya?” tanya Wahyu kaget sambil menutup matanya dengan KACA PEMBESAR.

“Kok jadi makin jelas gambarnya?” tanya Wahyu lagi sok polos.

Lalu laki-laki hitam yang tadi membelakangi kamera mulai menghadap ke penonton.

Tarang……

Hai semuanya… aku Tomo… aku adalah jomblo berkualitas abad 21…… sebelum masehi. Aku sedang mencari wanita yang mau jadi pacarku. Gak usah yang tinggi, pendek juga gak apa-apa. Kalo rambut aku gak terlalu matok, boleh berambut atau tidak juga gak apa-apa.

Lalu muncul Iyan yang sejak tadi memegang kamera.

Sekarang saatnya kita membantunya mencarikan jodoh. Tenang, ada imbalannya bila kalian berhasil. Sebuah sertifikat akan diberikan kepada kalian masing-masing.

“Tomo, lo serius mau kita cariin jodoh? Gua punya temen namanya Bonah,” tanya Rohmat dengan nada serius. Sementara Agil dibelakangnya hanya mengangguk. Wahyu disamping kanannya masih muntah ke tempat sampah karena melihat video tadi. Sementara Wildan memutar ulang tayangan tadi dan masih penasaran dimana bagian pornonya. (kagak ada tau…)

“Namanya Bonah?” Tomo merasa ada yang aneh dengan nama itu.

“Sebenarnya nama aslinya Elishabet,” ujar Rohmat.

Tomo tersenyum mendengar nama yang indah bagaikan nama seorang ratu.

“Kok dipanggil Bonah?” Tomo semakin heran.

“Itu karena dia punya satu kekurangan dimukanya. Bonah sebenernya singkatan dari Borok bernanah.”

“Astagfirullah….” Wahyu semakin menjadi-jadi muntahnya.

“Waw… cocok,” lirih Iyan.

“Nih, gua aja. Gua punya temen namanya Ahmad….,” sambung Wildan.

“Ahmad kan Cowok, kuya!!!” cela Agil.

“Bentar, gua belom selesai. Nah, si Ahmad ini punya temen, namanya Nira,” lanjut Wildan.

“Wah, namanya bagus tuh!” Tomo mulai bersemangat.

“Bukan, si Nira udah punya pacar. Tapi si Nira punya Temen, namanya Joko. Nah, itu dia yang mau gua jodohin.

“Kagak beres pada. Kita cari aja di tempat umum,” Agil memberikan solusi.

“Tempat umum ya?” Iyan garuk-garuk

“Gua tau!!!” sela Wahyu. “Di WC. WC umum.”

Mungkin Wahyu punya khayalan untuk menjodohkan Tomo dengan sesuatu yang ada di toilet. Apapun namanya itu.

***

Setelah berpikir panjang, akhirnya mereka berenam memilih untuk mencari wanita di Kolam renang. Ini adalah hari dan tempat yang tepat. Hari sabtu biasanya banyak wanita yang berenang disana. Ada wanita sungguhan ada juga siluman duyung. Bedanya dengan putri duyung di film-film Cuma dikit. Kalo di film putri duyung kakinya bersirip, kalo disana putri duyung kakinya berbulu.

“Tom, liat tuh cakep bener….” ucap Rohmat sambil menepuk pundak Tomo.

“Gila lo, itu kan ada pacarnya.”

“Tom, yang itu juga cakep,” Wildan menunjuk seseorang.

“Lu lagi. Itu kan cowok.”

“Nah, yang lagi berenang itu seksi, Tom,” Agil memperhatikan ke arah kolam.

“Gusti… itu pelampung bebek.”

Lama memilih target inceran, Wildan, Iyan, Agil, Wahyu dan Rohmat berlari menuju seorang wanita. Wildan mulai angkat bicara.

“Hai Mbak! Mau kenalan sama temen saya gak? Dia baek loh, mbak. Dia juga lumayan pinter. Selain itu, dia punya bisul di pantat. Gak cuma itu, dia juga jarang mandi. Trus kalo kena air, dia kejang-kejang.”

“Ehm… jangan dengerin dia, mbak. Dia emang agak… ya gitu lah. Temen saya mau kenalan mbak. Dia punya banyak kelebihan loh.” Agil yang tadi bicara kini tampak berpikir keras.

“Ssssttt, Tomo kelebihannya apa?” bisik Agil kepada Iyan.

“Gua gak tau...” jawab Iyan.

“Iya, mbak. Pokoknya ada deh. Oh iya, nama Mbak siapa?” lanjut Agil.

“Saya Arit… Aritri…” jawab wanita itu sambil menatap heran kepada Wildan yang sejak tadi dibekap.

Nampaknya Tomo senang akan dikenalkan dengan Arit. Sebab sejak tadi dia loncat-loncat. (Maaf pembaca, ternyata yang loncat-loncat itu anjing di sebelah Tomo). Aduh, mirip sih. Ya, Tomo memang senang karena sejak tadi dia tersenyum lebar.

Tomo yang agak pemalu mencoba membuka percakapan.

“Aritri, namanya siapa?” Aduh, gua gerogi nih.

“Saya namanya Aritri.” Nih orang bego apa ya?

“Aritri sukanya nonton apa?”

“Wah, TV-ku meleduk, Tom. Jadi aku gak pernah lagi liat TV. Kamu emang senengnya nonton apa?”

Aduh, bilang gak ya kalo aku senengnya liat bokep. “Aku senengnya liat film Religi kaya ‘Hidayah’, ‘Hikayah’, yang judulnya terkubur hidup-hidup, meledak dalam kubur, menyemprot diatas kasur.” Upsss, gua salah sebut.

“Oh, kirain seneng liat yang kaya gituan. Hehehe”

“Oh, enggak.” Tomo keluar keringat dingin dan salah tingkah.

Nampaknya perjodohan dengan Arit tidak berhasil.

Di basecamp mereka kembali mendiskusikan masalah yang belum selesai ini. Angin siang itu sepoi-sepoi. Basecamp yang juga merupakan kamar kos Wildan berukuran 9 x 12 meter dibagi tiga itu terasa sejuk. Apalagi dinding yang berwarna biru sangat mendukung. Satu hal yang membuat heran adalah, basecamp itu selalu membuat ngantuk.

“Lo masih pengen punya pacar, Tom?” kali ini Agil nampak serius sekali.

“Gak tahu,” Tomo nampak patah semangat.

“Kalo lo mau, kita bakal cari lagi. Gua punya temen, namanya Indy. Anaknya agak gemuk tapi putih. Lo mau gak?” lanjut Agil.

“Kebagusan, Bung.”

“Kalo gitu percayain sama gua aja.” Wildan terlihat lebih serius dari Agil. “Gua punya kenalan, namanya Siti… Siti Abdullah. Bukan, dia bukan cowok. Dia cewek. Emang sih, dulunya dia cowok, tapi udah operasi kelamin kok.”

“Kenalan lo aneh-aneh ya, Dan.”

Tomo mulai merasa bahwa ia punya teman yang begitu perhatian dengannya. Ia kembali berpikir, rupanya ia sama sekali tak butuh pacar. Ia sudah memiliki sahabat yang selalu menjadi pengisi hari-harinya yang penuh tawa. Mungkin jika ia punya pacar ia akan melupakan para laskar pemikat. Punya pacar belum tentu akan bahagia, selalu ada pertengakaran, cemburu dan akhirnya putus. Teman juga lah yang menghiburnya. Tomopun ingin menyampaikan semua itu.

“Temen-temen…., kayanya gua gak butuh pacar. Gua udah seneng punya temen kaya kalian. Yaelah udah pada tidur… sialan, woy……..!!!!!!!!!!!! gua mau ngomong………….”

Udah gua bilang basecamp laskar pemikat itu selalu bikin ngantuk.

NANTIKAN EPISODE SELANJUTNYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar