Cerpen Laskar Pemikat

Cerpen berdasarkan kisah nyata dengan sentuhan kegaringan

Friendsterku

Jumat, 10 April 2009

Kumpulan Puisi

LANGKAH-LANGKAH YANG TERLIPAT
(Wildan Duasisi)

I
Di gerogol dongkol masih kucoba penuhi sebahat menanti di depan mentari terbenam
menuju kaki-kaki kusut berkerut punya Neptunus

Dinda Levina…
dua-dua di bulan ke dua, kuhatur dua buket melati, mawar, kamelia juga dahlia serta
sedikit menyipit mata karena tak pecaya
Angin muson kabarkan duka walau sang ratu pelabuhan anak manja bapak Jakarta tak
mau bicara
Perjalananmu berbelok ke dasar laut, bukan?
Jawablah bukan…!

Kail pancing bapak nelayan tersangkut jasad hangus sisa makan barakuda
Juga mayat bayi yang terjerat pemayang terbentur dayung-dayung menggoreskan hurup juaji maut pada kerut dahi
Pada dua-dua bulan ke dua

Kisik- kisik samar ku dengar suaramu, dinda Levina
Mengayun di antara gunung jeritan sanak dan rintihan sobat
Sendu dan begitu terdengar naas

II
Buat Adam sahabatku…
Lama tak jumpa
tak ingatkah kau pada Sam Ratulangi, sahabatmu ini?
Aku tunggu sejak jam bundar menyodorkan kedua lengannya pada angka tiga kosong
tujuh
Pada waktu muadzin lantang mengumandangkan waktu ashar
Pada waktu anak-anak memegang papan karton bertuliskan nama Ayahnya
Pada waktu si nenek mesem-mesem siapkan balsem buat cucunya yang kadang
mabuk udara
Pada waktu wanita hamil mengelus kandungan sambil berkata
Sebentar lagi ayahmu datang membawa banyak uang
Lahirlah dalam kecukupan, Anakku

Tandas ombak terbelah di batu karang
Kutunggu kau seperti menunggu hujan dimusim kemarau
Kehadiranmu menjadi sesuatu yang tak pasti
Aku pikir kau sedang asik bermain-main bersama duyung di Masalembu
Ternyata kau tersesat di akhirat

III
Kisruh…
Kisruh…
Langkah-langkah terlipat
Ujung tombak menancap pada sasaran panah
Entah apa istilahnya

Prima kosong tak benar-benar kosong
Ia mengunyah dalam kabin 200 manusia hidup
Bukan kambing atau sembako
Mereka nekat mengangkut orang bagaikan ternak

Parepare lambaikan tangan kepergian kapal malang yang menelan pegal
Ombak tinggi genit menyenggol-nyenggol ingin kenalan
Maka tumpahlah jiwa-jiwa berjeritan di Majene
Menunggu sampan nelayan menyuguhkan umur panjang

Relakan mereka terkuburkan dilautan yang tenang








Yogyakarta 19 Feb
01:46

Tidak ada komentar:

Posting Komentar